Blog ini..
Salinan dari sebuah buku Diary.. yang kutulis dengan penuh Cinta, yang akan ku persembahkan sebagai “kado”, untuku, istriku dan anak anakku kelak…


Kumpulan Artikel yang insyallah akan membantu kami dalam membangun keluarga yang Barokah….Amin

Selasa, 12 Agustus 2008

Ibu Yang mengagumkan

“Kisah seorang ibu dengan sebalas anak dalam menyambut bulan mulia, Ramadahan”

Beruntung aku bertemu dengan seorang ibu mulia yang sungguh istimewa. Aku mengenalnya sebagai aktifis yang gigih dalam menyampaikan nilai nilai luhur dalam keluarga.

Kami bertemu dalam sebuah forum aliansi selamatkan anak (ASA) Indonesia. Disitulah aku mengenal beliau. Beliau adalah pimpinannya. Dedikasinya begitu besar terhadap misi luhur organisasinya. Buktinya ia tak ragu berkunjung ke pelosok daerah demi menyelamatkan anak bangsa.

Semula aku menyangka, tentunya ibu ini sudah melalui masa masa berat dalam menggembleng anak anak usia sekolah sehingga mempunyai keleluasaan untuk beraktifitas. Namun dugaanku ternyata meleset. Beliau mempunyai sebelas orang anak, mulai dari usia balita sampai kuliah tingkat tiga di Institut teknologi bandung. (ITB). Dan yang paling membutku terpesona semua anaknya mempunyai prestasi yang luar biasa dan telah hapal Al-Quran atau dalam proses menuju hafidz.

Segera saja aku bertekad ingin menggali sebanyak banyaknya bagaimana kiat sang ibu mempersiapkan keluarga menghadapi Ramadahan. Ternyata bukan hanya kiat prektis yang ku terima. Tapi lebih dari itu. Suatu ways of life suatu blue print untuk membina keluarga yang islami

MoU
Ibu itu menjelaskan dengan penuh kerendahan hati bahwa semua pencapaian ini hanyalah semata mata kemurahan hati sang khalik. Tapi setelah ku cermati langkah langkahnya, sitem itu sungguh tertata rapid an menyeluruh dalam menghadapi ramadhan, keluarga besar ini telah mempersiapkannya dengan seksama.

Sebulan sebelum ramadahan, keluarga telah bersama sama mengkondisikan diri. Tak kurang dari tiga aspek yang secara simultan dipersiapkan, yaitu aspek mental dan rukhiyah, aspek fisik, serta pengkondisian lingkungan.

Secara mental dan rukhiyah, sejak bulan syaban mereka telah merutinkan puasa senin-kamis sekeluarga. Semua anggota keluarga bersahur bersama. Laksana di bulan ramadahan. Jadwal rutin membaca dan menghapal Al Quran menjadi semakin intensif.

Setiap pribadi dimotivasi secara mental dan spiritual untuk menghadapi tamu agung. Tamu agung yang tak dapat dibanndingkan dengan yang lainya, karena kedatangannya membuka pintu syurga, tujuan hidup paripurna yang didamba setiap manusia.

Setiap subuh pukul 4.30, sang ayah diiringai putranya menuju ke mesjid untuk shalat berjamaah. Ini jadwal setiap hari. Setelah subuh, anak anak mengaji dan menghapal Al Quran. Bersama ayah dan bunda. Sehabis pulang sekolah, maghrib merka sudah berkumpul bersama lagi. Dilanjutkan dengan kajian alQuran. Sampai waktu isya tiba.

Ada satu hal yang menarik, sampai kelahiran putera ke tujuh, keluarga ini tidak perlu memiliki TV. Setelah/ sejak hadirnya saluran informative seperti tayangan ilmu pengetahuan yang penting untuk mendukung perkembangan intelektual anak, barulah keluargaa ini memutusakan untuk memilikinya. Namun semua anak mempunyai “Memorandum of undersatding (MoU)” Khusus untuk mengatur jadwal masing masing. Termasuk acara apa yang dapat mereka tonton setiap harinya.

Aku terkesima ketika mendengar kata MoU. Ternyata profesionalisme sebuanh akad perjanjian antara dua pihak tidak melulu hany dimonopoli orang orang di dunia bisnis, tetapi sungguh efektif bila di jalankan dalam keluarga. Meski berpredikat seorang anak, namun tiap individu dihargai layaknya mitra yang mempunyai hak berpendapat tatkala target utama yang berwawasan dunia akherat telah disepakati bersama.

Saat seluruh keluarga telah diselimuti satu visi rukhiyah, maka nur dari dalam kalbu menghasilkan prestasi yang bahkan lebih dari yang diperkirakan. Demikianlah sang ayah bunda mempunyai akad yang telah disetujui bersama untuk setiap anggota tim keluarga. Ketika komitmen sudah disepakati, setiap anak perlu memotivasi dirinya sendiri.

Prialku yang telah diterapkan ayah bunda meningkatkan derajat mereka sebagai mitra yang mampu berkomitmen sendiri, telah memicu mereka untuk membuktikan komitmen yang telah disepakatinya sendiri. Itulah kuncinya hingga ayah bunda tetap dapat beraktifitas dengan merencanakan MJJ (menejeman Jarak Jauh)

Alangkah bedanya dengan pendekatan otoriter yang dilakukan sebagian orang tua dengan mengindoktrinkan/mengindroktinasikan semua hal pada anak. Akibatnay yang timbul bukan ketaatan, tetapi hanya keterpaksaan yang diwarnai rasa takut. Bila ini terjadi, dapat dipastikan bencana jangka panjang akan terjadi dalam bentuk pemberontakan dan perlawanan.

Setelah keluarga siap secara mental dan spiritual persiapan fisikpun amat penting. Ramadhan adalah saat dimana tubuh harus siap dengan jadwal istirahat yang lebih pendek seta aktifitas yang lebih padat. Pengolahan tubuh dan olahraga yang mendukung amat diperlukan. Untuk mendapatkan fisik yang sehat. Dengan jujur sang ibu mengaku, bagian inilah yang belum optimal dilaksanakan.

Aku sanggat tertarik dengan jabaran persiapan ketiga yaitu mempersiapkan lingkungan yang mendukung suasana. Ramadhan bahkan disambut dengan lebih istimewa disbanding tamu “Very Impotant Person (VIP)”

Sang ibu menjelaskan “bayangkan saat akan menerima tamu VIP, tentunya kita ingin terlihat sempurna. Rumah di perindah, semua sudut dirapikan, dan suasana istimewa dipersiapkan. Nah kini saat menyambut tamu agung yang insyallah dapat membawa kita pada syurganya yang begitu didamba, tentunya kita harus menyabutnya dengan lebih istimewa lagi”.

Mereka bersemangat menerapkan prinsip “barang siapa yang menghadapi Ramadahan dengan suka cita, maka syrga telah menanti”

Demikianlah. Kerjabakit dicanangkan. Semua sudut diperindah. Kerapian ditingkatkan. Bahan balon yang warna warni dipersiapkan. Tulisan hasil karya sendiri menyambut di pintu. “ Ahlan wa sahlan yaa Ramadhan”

Anak anak bersemangat menjalankan proyek bersama menyambut bulan yang mulia. Suasana ceria mewarnai hari hari mereka, karena telah lama berharap diberi kesempatan menempati lagi haqri hari Ramadhan yang penuhberkah.

***
Perasaanku bergemuruh. Kuingat setiap hari yang selalu ku jalankan sama persisi seperti hari hari sebelumnya. Kuingat ritual yang di jalankan suami dan anak anaku: berekaolah dan bekerja persis seperti hari hari sebelumnya.

Meski gemuruh didada tak sabar menanti Ramadah tiba, namun jelas semarak penyambutan belum terassa. Aku sungguh tersadar kini. Bila menyambut tamu istimewa saja sudah membutuhkan peningkatan dan perubhan suasana, apalagi menyambut tamu mulia pembuka pintu syurga? Tidakkah sepatutunya seluruh bulan sebelumnya dipersiapkan untuk penjernihan diri yang akan dilakukan secara amksimal di bulan Ramadhan?

Aku tercengang mengingat masyarakat Indonesia dibulan ramadhan yang begitu bebas melakukan kegiatan tak beda dari hari hari sebelumnya. Acara TV yang gelap gempita yang katanya bernuansa ramadhan tapi sungguh kering dari makna jiwa dan rukiyah yang didamba. Lingkungan luar yang penuh hura hura kearah kebebasan dan pemuasan nafsu dunia belaka. Selama ini aku merasa mustahil memagari anak anaku dari pengaruh barat yang demikian mengoda. Namun saat mendengar kisah sang bunda yang bijaksana, ternyata prinsip yang tegas dalam membina keluarga dapat menciptakan keluarga yang kokoh meski berbeda dari arus kehidupan pada umumnya.

Tak hentinya aku mengucap syukur telah mengenal peribadinya yang mulia. Teman yang akan kujadikanmentor dalam membina keluarga. Kini ramadhan mudah mudahan dapat dilalui dnegan kesiapan mental dan rukhiyan yang lebih matang.

Terimakasih Ibu Wiwi-Istri Bpk Mutammimul’ula, kami akan meniru suri tauladanmu untuk menggapai kemuliaan Ramadhan.

Diambil dari
Majalah hidayatullah. Penulis: Amelia Naim

Indahnya istri Salehah

Mencintai Suaminya Semata Karena Cintanya Kepada Allah

Hari itu merupakan hari bahagiaku. Aku telah menyempurnakan separo dienku: menikah. Aku benar benar bagahia sehingga tak lupa setiap sepertiga malam terakhir aku mengucap puji syukur pada Nya.

Hari demi hari ku lalui kebahagiaan bersama istriku tercinta. Aku tidak menyangka, begaitu sayangnya Allah subhanahu wa ta’ala kepadaku dengan memberi pendamping yang setiap waktu selalu mengingatkanku ketika aku lali kepada Nya. Wajahnya yang tertutup, menambah hatiku tenang.

Yang lebih bersyukur lagi, hatiku terasa tentram ketika harus meninggalkan istri untuk bekerja. Saat pergi dan pulang senyum indahnya selalu menyambutku sebelum aku berucap salam. Bahkan sampai saat ini aku belum pernah bisa mendahului ucapan salamnya karena selalu terdahului olehnya. Subhanallah.

Wida. Begitulah nama istri shalehahku. Usianya lebih tua dua tahun dari usiaku. Sekalipun usianny lebih tua, dia belum pernah berkata lebih keras dari pada perkataanku. Setiap yang aku perintahkan, selalu dituruti dengan senyuman indahnya.

Sempat aku mencobanya berbohong dengan mengatakan kalau nanti ada yang mencariku, katakana aku tidak ada. Mendengar itu istriku langsung menagis dan memelukau seraya berujar. “ apakah aa(kakanda) tega membiarkan aku berada di neraka karena pebuatan ini?”

Akupun tersenyum, lalu kukatakan bahwa itu hanya ingin mencoba kiimanannya.. mendengar itu, langsung saja aku mendapat cuitan kecil ddarinya, dan kamipun tertawa.

Sungguh ini adalah kebahagiaan yang amat teramat sangat sehingga jika aku haru menggambarkanya, aku tak akan bisa. Dan sangat benar apa yang dikatakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam,”Duni hanyalah kesenangan sementara dan tidak ada kesenangan dunia yang lebih baki dari pada istri shalehah” (Riwayat An-Nasa’I dan Ibnu Majah)

Hari terus berganti dan tak terasa usia pernikahan kami sudahlima bulan. Masya Allah.

Suatu malam, istriku mengais tersedu-sedu, sehingga membangunkanku yang sedang tidur. Merasa heran, akupun bertanya kenapa dia menagis malam hari begini

Istriku hanya diam tertunduk dan masih dalam isak tangisnya. Aku peluk erat dan aku belay rambutnya yang hitam pekat. Aku coba bertanya sekali lagi apa penyebabnya? Setahuku istriku Cuma menangis ketika dalam keadaan shalat malam, tidak seperti malam itu.

Akhirnya dengan berat hati istriku menjelaskan penyebanya. Astagfirullah…Alhamdulilah, aku terperanjat dan juga bahagia mendengar alasannya menangis. Istriku bilang, dia sedang hamil tiga bulan dan malam itu lagi ngidam. Dia ingin makan mie ayam kesukaanya tapi takut aku marah jika permohonannya diutarakan. Terlabih malam malam begini dia tidak mau merepotkanku.

Demi istri tersayang, malam itu aku bergeges meluncur mencari mie ayam kesukaanya. Alhamdulilah, walau memerlukan waktu yang lama dan harus mengiba pada tukang mie (Karena sudah tutup) akhirnya akupun mendapatkanya. Awalny tukang mie enggan memenuhi permintaanku, namun setelah aku ceritakan apa yang terjadi, tukang mie itupun tersenyum dan langsung menuju dapurnya. Tidak lam kemudian memberikan bingkisan kecil berisi mie ayam permintaan istriku.

Ketika aku hendak membayar, dengan santun tukang mie itu berujar “Nak, Simpanlah uang itu buat anakmu kelak karena malam ini bapak merasa bahgia menolong kamu, sungguh, balasan Allah lebih aku utamakan”

Aku tersenyum. Begitu ikhlasnya si penjual mie itu. Setelah mengucap syukur dan tak lupa berterimakasih, aku pamit. Aku liat senyumnya mengantar kepergianku.

“Alhamdulilah”, kata istriku ketika aku ceritakan begitu baiknya tukang mie itu. Allah begitu saying kepada kita dan ini harus kita syukuri, sungguh Allah akan menggantinya dengan pahala berlipat apa yang kita dan bapak itu lakukan malam ini” katanya.

Akupun mengaminkannya.

Diambil dari majalah hidayatullah. Penulis : Kusnadi Assami

Kamis, 24 Juli 2008

Perempuan (khusus untuk para lelaki)

Dia yang diambil dari tulang rusuk. Jika tauhan mempersatukan dua orang yang berlawanan sifatnya, maka itu akan jadi saling melengkapi. Dialah penolongmu yang sepadan, bukan sparing partnet yang sepadan

Ketika pertandingan dimulai, dia tidak berhadapan denganmu untuk melawanmu, tetapi ia akan ada bersamamu untuk berjaga jaga di belakang saat engaku berada di depan atau segera mengembalikan bola ketika bola itu terlewat olehmu, dialah yang akan menutup kekurangan mu.

Dia ada untuk melengkapi yang tak ada dalam laki laki: perasaan, emosi, kelemahlembutan, keluesan, keindahan, kecantikan, rahim untuk melahirkan, mengurusi hal hal sepele… hingga ketika laki laki tidak mengerti hal itu, dialah yang menyelesaikan sebagiannya..sehingga tanpa kau sadari ketika kau menjalankan sisa hidupmu…kau menjadi lebih kuat karena kehadirannya disisimu.

Jika ada mahluk yang sangat berolak belakang, kontras dengan laki laki, itulah perempuan. Jika ada mahluk yang sanggup menaklukan hati hanya dengan senyuman, itulah peremuan. Ia tak buth argumentasi hebat dari seorang laki laki.. tetapi ia butuh jaminan rasa aman darinyakarena ia ad untuk dilindungi…tidak hanya secar fiik tapi juga emosi

Ia tidak tertarik pada fakta fakta yang akurat, bahasa yang detail, dan logis yang biasa disampaikan laki laki, tetapi yang ia butuhkan perhatiannya…kata kata yang lembut..ungkapan ungkapan sayang yang sepele.. namun baginya sangat berarti..membuatnya merasa aman didekatmu

Batu yang keras dapat terkikis habis oleh air yang luwes. Sifat laki laki yang keras ternetralisir oleh kelembutan perempuan. Rumput yang lembut tidak mudah tumbang oleh badai dibandingkan dengan pohon yang besar dan rindang.. seperti juga dalam kelembutanya disitulah terletak kekuatan dan ketahanan yang membuatnya bisa bertahan dalam situasi apapun

Ia Lembut bukan untuk di injak, rumput yang lembut akan dinaungi oleh pohon yang kokoh dan rindang. Jika lelaki berfikir tentang perasaan wanita, itu sepersekian dari hidupnya..tetapi jika perempuuan berfikir tentang perasaan lelaki, itu akan menyita seluruh hidupnya…karena perempuan dicipta dari tulang rusuk laki laki...karena perempuan adlah bagian dari laki laki…apa yang menjadi bagian dari hidupnya akan menjadi bagian dari hidupmu. Keluarganya akan menjadi keluarga barumu, keluargamupun akan menjadi keluarganya juga. Sekalipun ia jauh dari keluarganya, namun ikatan emosi kepada keluarganya akan tetap ada karena ia lahir dan dibesarkan disana….karena mereka ia menjadi seperti sekarang ini. Perasaannya terhadap keluarganya akan menjadi bagian dari perassanmu juga…karena kau dan dia adalah satu…dia adalah dirimu yang tak ada sebelumnya. Saat pertandingan dimulai, pastikan ia ada di bagian lapangan yang sama denganmu

(dari Teh sejuk)

Maafkan ibumu nak…

Akhirnya, ya… akhirnya. Uthlah saya sebagai wanita. Rasa bahagia dan amazing (luarbiasa) begitu memuncak tatkala mendapati bulan bulan berlalu tanpa mendapati tamu bulanan khas wanita.

Ya saya hamil. Suatu hal yang selama ini hanya saya dengar dari cerita ibu dan teman teman sesame wanita. Pun sesuatu hal yang saya anggap lumrah terjadi pada mahluk Allah Swt bernama wanita. Sesuatu yang biasa terjadi, namun bagi saya menjadi teramat luar biasa.

Tidak habis dalam fikiran saya, bagaimana mungkin rahim yang sedemikian sempit ini bisa tumbuh, sedikit demi sedikit, perlahan lahan, menjadi tempat hidup calon manusia. Bahkan selama sembilan bulan si calon manusia itu hidup di dalamnya. Darinya lahir generasi generasi penerus kehidupan

Di bulan pertama sampai ketiga, si calon manusia itu terasa tenang. Saya bertanya Tanya prosess apa yang terjadi padanya saat itu. Hingga kadang kadang perut jadi mual, muntah muntah mudah lelah dan lain lain. Bahkan seringkali diiringi dengan permintaan permintaan aneh. “ngidam namanya. Sebuah proses yang sering tidak bisa dijabarkan secara ilmiah. Apalagi jika ngidamnya super aneh, dan semuanya diatas namakan “bawaan si bayi”. Benarkah demikian? Maafkan ibumu nak, jika keberadaanmu sering dikambing-hitamkan atas permintaan yang aneh aneh itu.

Pada bulan keempat, ada sesuatu yang mendebarkan, saya menanti saat saat istimewa pada bulan ini. Bukankah pada bulan ini Allah membuat perjanjian berat dengan manusia?

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (Al A’Raaf :172)

hati saya bergidik, ngeri, nak, begitu agun dan berat perjanjian yang telah kau buat denga Nya di usiamu sedemikian dini. Dan perjanjian itu menjadi amanah besar, bagi ibumu, bagi ayahmu, bagi kami orangtua mu.

Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan untuk percaya kepada Allah), mak orang tuanyalah yang menjadiakan anak tersebuk beragana Yahudi, nasrani atau majusi…(Riwayat Miuslim)

Inilah amanah berat ini. Nak, sunguh, kau adalah calon manusia yang berhk mendapatkan pendidikan terbaik. Kau adalah calon manusia yang berhak mengetahi kebenaran. Tapi mampukah ibumu memberikannya kelak? Mampukah ibumu membimbingmu nanti?

Oleh karena itu, maafkan ibumu Nak, jika kelak tidak bisa menyampaikan betapa agungnya sebuah keimanan, sebagaimana kebijaksanaan Lukman Al-hakim mengajar anaknya.

Maafkan juga ibumu, jika dengan segala keterbatasan ilmu tidak bisa mengajarimu ketangguhan sebagaimana Fatimah Az Zahra mengajari anaknya keteguan hati.


Maafkan ibumu nak, karena saat inilah ibumu baru belajar menjadi seorang ibu

Tidak banyak ilmu yang saya miliki sebagai calon ibu. Saya sangat menyadarinya. Sekedar ilmu fiqih tentang bayi saja, saya baru membacanya pada saat hamil. Ilmu tentang pendidikan anakpun baru saya baca-baca. Selabihnya, yang terpikir dalam benak saya adalah bagaimana mempersiapkan hal hal teknismenyambut kelahiran seperti popok, baju dan pernak pernik lainya.

Saya lebih memilih membekalinya kaset musik klasik, tapi kadang saya lupa membacakan Al Quaran, lupa menyapanya, termasuk lupa mendoankannya. Saya bahkan lebih sering kawatir apakahsaya mampu menyekolahkannya kelak? Apakah saya mampu membelikannya susu mahal yang katanya padat gizi itu? Terlewat dalam persiapan saya bagaimana jika nanti “Manusia Kecil” itu bertanya “Allah dimana, Bunda?” atau Allah itu siapa, Bunda?”

Duh, sudah begitu banyak kelalaian yang telah saya lakukan, padahal “ia” belum lagi alhir di dunia ini. Begitu banyak hal yang saya lewatkan tanpa sadar hingga keberadaannya semakin nyata, semakin berat, semakin terasa lelah. Tanpa sadar keluhan itu terlontar dari bibir saya. Astagfirullah.

Saya jadi ingat bagaiman seorang Asma binti Abu baker, dengan hamil besarnya haru turun naik bukit mengantarkan makanan kepada Rasulullah saw. Hingga Rasulullah memberinya penghargaan dengan sebutab “si dua ikat pinggang” satu ikat pinggang ungtuk perutnya dan satu ikat pinggang lagi untukmakanan yang hendak diantarnya

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS Lukman :14)

Ya ada lemah yang bertambah dan senantiasa bertambah (wahlain ila wahnin) karena itu nak, maafkan ibumu jika keberadaanmu malah membuat ibumu ini mengeluh, menjadikanmua alas an untuk sekedar bermalas malasn. Inikah pendidikan yang akan ku berikan kepadamu kelak?

Setiap kita memang tidak bisa memilih darimana kita dilahirkan. Apakah dari seorang wanita mulia seperti Maryam, ataukah mungkin dari seorang wanit yang palling nista sekalipun. Dari rahim siapapun kita dilahirkan , Allah telah meletakan fungsi fitrah itu secara sama.

Karena itu, nak, semoga kau tak berkecil hati lahir dari rahim ibumu yang sangat sangat terbatas ilmunya. Semoga kau tak kecewa dan berkecil hati ketika ibumu ini tidak mampu menjawab pertanyaan pertanyaan kritismu tentang keberadaan Allah. Juga dengan segala ketidakmampuan ibumu mengajar banyak ilmu agar kau betul betul menjadi generasi “Lil Muttaqiin Imaaman”

Maafkan juga jika dengan segala aktifitas dan rutinitas membuat ibumu kelak tidak sabar meladeni luapan ingin tahu mu. Dengan segala kelelahan yang deemkian terasa, mungkin ibumu kelak juga membentak dan memarahimu.

Bersaan dengan akan saatnya kelahiranmu, nak, maka maafkanlah terlebih dahulu ibumu dengan segala keterbatasannya ini. Namun keberadaanmu sungguh melecut semangat bahwa kau adalah titpan yang wajib dijaga sebaik baiknya. Kehadiranmu pula yang membuat ibumu sungguh-sungguh bergerak menata diri, demi memberikan teladan dan pendidikan yang cukup efektip padamu. Bukankah menusia manusia tangguh lahir dari rahim yang tangguh pula? Lihatlah Ismail, lihatlah Hasan Dan Hussain

Maka, Izinkanlah ibumu belajar darimu.

(di ambl dari majalah hidayatullah)

Igi sayang Bunda

Igi baru berusia lima tahuntatkala adiknya lahir kedunia. Bahagia dan senng tentu saja amat dirasakannya, karena selama ini ia begitu menentikan seorng adik yang dapat menemaninya dikala sepi, bermain bersama adik, membantu ibu memppersiapkan segala perlengkapan adik diwaktu pagi, ingin dipanggig dengan sebutan kaka, adalah hal hal yang sangat didambanya. Semua ada dalam harapan di benaknya.

Namun tak dinyana olehnya, harapannya tersebut tidak sesuai dengan realitas yang ada. Harapan harapannya tidak terujud. Sang adik seringkali menangis, rewel dan acapkali sakit karena lemah fisiknya. Belum lagi segala perhtian sang ibu yang dulu pernah berjanji untuk adil dalam memberi perhatian kepada kakaberadik ini, agaknya mulai tak tampak lagi.

Igi gundah dan sedih, mereka tidak juga menanggapi kesedihannya. Ia berusaha sekuat tenagamenunjukan rasa cinta dan sayangnya. Hampir setiap pagi dia sibuk menyiapkan baju dan diapers sang adik, dipinggir tempat tidunya. Malangnya Igi, sang ibu malah menunjukan sikap marah, karena dirinya membongkar seluruh isi lemari si adik. Rupanya dia berusaha keras mencari diapers, hingga seisi lemari kacau balau.

Ibu tidak seperti dulu lagi. Ia hanya sibuk mengurusi adiknya, dirinya sendiri, juga kertas kertas kerja yang bertebaran di meja kerjanya. Tiada lagi dongeng pengantar tidur baginya. Hingga suatu malam ia mengadu pada tuhan. Tangan kecilnya menengadah, Igi menangis, menagis terisak, anak yang baru berumur lima tahun itu dalam doanya

“Tuhan sayang….
Tolong kasih tau bunda, kalau aku sayang sama dia
Tuhan…. Aku kangen dongeng bunda”

Doa itu rupanya terdengar oleh sang ibu. Direngkuhnya Igi dalam pelukannya, sambil menagis, sang ibu menyadari kesalahannya dan berjanji untuk selalu memperhatikannya.

(di ambil dari buku ESQ)

Kata kata keras

Saya menabrak seorang yang tidak dikenal ketika ia lewat. "Oh, maafkan saya" adalah reaksi saya. Ia berkata, "Maafkan saya juga; Saya tidak melihat Anda." Orang tidak dikenal itu, juga saya, berlaku sangat sopan. Akhirnya kami berpisah dan mengucapkan selamat tinggal.
Namun cerita lainnya terjadi di rumah, lihat bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang kita kasihi, tua dan muda. Pada hari itu juga, saat saya tengah memasak makan malam, anak lelaki saya berdiri diam-diam di samping saya. Ketika saya berbalik, hampir saja saya membuatnya jatuh. "Minggir," kata saya dengan marah. Ia pergi, hati kecilnya hancur. Saya tidak menyadari betapa kasarnya kata-kata saya kepadanya.
Ketika saya berbaring di tempat tidur, dengan halus Tuhan berbicara padaku,
"Sewaktu kamu berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, etika kesopanan kamu gunakan, tetapi anak-anak yang engkau kasihi, sepertinya engkau perlakukan dengan sewenang-wenang. Coba lihat ke lantai dapur, engkau akan menemukan beberapa kuntum bunga dekat pintu."
"Bunga-bunga tersebut telah dipetik sendiri oleh anakmu; merah muda, kuning dan biru. Anakmu berdiri tanpa suara supaya tidak menggagalkan kejutan yang akan ia buat bagimu, dan kamu bahkan tidak melihat matanya yang basah saat itu."
Seketika aku merasa malu, dan sekarang air mataku mulai menetes. Saya pelan-pelan pergi ke kamar anakku dan berlutut di dekat tempat tidurnya,
"Bangun, nak, bangun," kataku.
"Apakah bunga-bunga ini engkau petik untukku?" Ia tersenyum, " Aku menemukannya jatuh dari pohon. "
"Aku mengambil bunga-bunga ini karena mereka cantik seperti Ibu. Aku tahu Ibu akan menyukainya, terutama yang berwarna biru."
Aku berkata, "Anakku, Ibu sangat menyesal karena telah kasar padamu; Ibu seharusnya tidak membentakmu seperti tadi."
Si kecilku berkata, "Oh, Ibu, tidak apa-apa. Aku tetap mencintaimu."
Aku pun membalas, "Anakku, aku mencintaimu juga, dan aku benar-benar menyukai bunga-bunga ini, apalagi yang biru."
Apakah anda menyadari bahwa jika kita mati besok, perusahaan di mana kita bekerja sekarang bisa saja dengan mudahnya mencari pengganti kita dalam hitungan hari? Tetapi keluarga yang kita tinggalkan akan merasakan kehilangan selama sisa hidup mereka.
Mari kita renungkan, kita melibatkan diri lebih dalam kepada pekerjaan kita ketimbang keluarga kita sendiri, suatu investasi yang tentunya kurang bijaksana, bukan?
Jadi apakah anda telah memahami apa tujuan cerita di atas? Apakah anda tahu apa arti kata KELUARGA?
Dalam bahasa Inggris, KELUARGA = FAMILY.
FAMILY = (F)ATHER (A)ND (M)OTHER, (I), (L)OVE, (Y)OU
Teruskan cerita ini kepada orang-orang yang kau pedulikan. Saya telah melakukannya. Diterjemahkan dari : HARSH WORDS

Pohon Kebaikan

Pohon Kebaikan

Seorang lelaki yang cukup umur mempunyai kebiasaan unik dalam merayakan setiap ulang tahunya. Jika kebanyakan orang berulang tahun dengan meniup lilin, bernyani, memotong kue, atau makan makan, mak yang dilakukan laki laki itu adalah menenam pohon dijalanan.

Cukup satu pohon untuk penambahn bilangan satu tahun umurnya. Pohon pohon itu selalu ia tanam ditempat tempat yang memungkinkan banyak orang berlalu lalang. Tidak hanya menanamnya, ia pun merawatnya untuk memastikanpohonnya tumbuh dengan bai.

Berpuluh tahun kebiasaan itu ia lakukan hingga sudah berpuluh pohon pul yang berbatang kokoh dan rimbun di jalanan. Ia pun hapal semua pohon yang ditanamnya. Ketika melewati sebuah perempatan ia melihat pohonnya berdiri disana, lantas pria itu akan ingat pohon itu ditanam tepat diusianya yang keberapa.

Setiap ia melewati pohon pohon yang ditanamnya, hatinya selalu dipenuhi rasa haru dan bahagia. Kadang ia saksikan seseorang terdidur lelap dibawah pohonnya, atau seorang ibu yang membawa beberapa anak kecil beristirahat sejenak sebelum sebelum melanjutkan pejalanan. Ia selalu melihat ekspresi yang berbeda antar orang yang terlindung dibalik dedaunan dan orang yang langsung kena terik matahari, ia merasakan kebahagiaan, ketentraman, dan kedamaian yang dirasakan oleh orang orang yang ada dibawah pohon pohon itu.

Apa yang dilakukan lelaki itu tmpaknya sederhana, namun deri kesederhanaan itu mendatangkan manfaat yang sangat banyak. Entah berapa banyk burung burung yang beranak pinak dipohonnya itu, dan kicauannya menghibur orang orang disekitarnya.

Entah berapa banyak gas beracun yagn di serap pepohonan itu dan entah berapa pula banyaknya oksigen meneber memberi kesegaran . entah berapa banyak orang yang merasakan manfaat dari pohon peneduh dipinggir jalan. Pedagang asongan yang menjajakan dagangannya, pencari kerja yang telah lelah mengetuk pintu kantor demi kantor, penungggu angkutan umum dan masih begitu banyak lagi

Laki laki itu tak pernah menghitung berappa berapa banyak dan berapa besar manfaat dari pohonnya itu. Tetapi andaikan dalam sehari ada 100 orang saja yang berteduh dan merasakan kesejukan pohon itu, jika dikali sebulan, setahun, sepiuluh tahu, limapuluh tahu, maka akan ada jutaan orang yang menikmati kehadiran pohon itu.

Saat waktu senggang, kadang ia mendatangi salah stu pohonya. Kenangan perjalanan hidup di usia saat dia menanam pun kadang serentak hadir. Hal ini membuat ia senantiasa mengingat momen demi momen kehidupannya. Membuat ia selalu menghayati setiap tahap kehidupannya. Pohon itupun memberi manfaat yang tak terkira bagi dirinya sendiri

Oleh karena itu, saat selesai menanam ia senantias berjanji andaikan Allah swt memberinya izin hidup hingga tahun mendatang maka ia akan menanam lagi pohon baru

Andaikan kebaikan itu tampak seperti poho yang tumbuh hijau merimbun, mungki akan banyak orang yang merasa terpacu untuk selalu menanam pohon kebaikan. Namun percayalah meski secara kasat mata tak tampak, kebajikan itu akan berakar kuat, tumbuh menjulang, berdaun banyak dan bahkan berbuah lebat tanpa kita sadari.


Apa yang kita laukukan saat memperingati hari kelahiran? Apa yang telah kita ajarkan kepada anak anak ketika berulang tahun? Apakh kita hanya terseret dalam arus tradia??

(diambil dari majalah Hidayatullah)