Akhirnya, ya… akhirnya. Uthlah saya sebagai wanita. Rasa bahagia dan amazing (luarbiasa) begitu memuncak tatkala mendapati bulan bulan berlalu tanpa mendapati tamu bulanan khas wanita.
Ya saya hamil. Suatu hal yang selama ini hanya saya dengar dari cerita ibu dan teman teman sesame wanita. Pun sesuatu hal yang saya anggap lumrah terjadi pada mahluk Allah Swt bernama wanita. Sesuatu yang biasa terjadi, namun bagi saya menjadi teramat luar biasa.
Tidak habis dalam fikiran saya, bagaimana mungkin rahim yang sedemikian sempit ini bisa tumbuh, sedikit demi sedikit, perlahan lahan, menjadi tempat hidup calon manusia. Bahkan selama sembilan bulan si calon manusia itu hidup di dalamnya. Darinya lahir generasi generasi penerus kehidupan
Di bulan pertama sampai ketiga, si calon manusia itu terasa tenang. Saya bertanya Tanya prosess apa yang terjadi padanya saat itu. Hingga kadang kadang perut jadi mual, muntah muntah mudah lelah dan lain lain. Bahkan seringkali diiringi dengan permintaan permintaan aneh. “ngidam namanya. Sebuah proses yang sering tidak bisa dijabarkan secara ilmiah. Apalagi jika ngidamnya super aneh, dan semuanya diatas namakan “bawaan si bayi”. Benarkah demikian? Maafkan ibumu nak, jika keberadaanmu sering dikambing-hitamkan atas permintaan yang aneh aneh itu.
Pada bulan keempat, ada sesuatu yang mendebarkan, saya menanti saat saat istimewa pada bulan ini. Bukankah pada bulan ini Allah membuat perjanjian berat dengan manusia?
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (Al A’Raaf :172)
hati saya bergidik, ngeri, nak, begitu agun dan berat perjanjian yang telah kau buat denga Nya di usiamu sedemikian dini. Dan perjanjian itu menjadi amanah besar, bagi ibumu, bagi ayahmu, bagi kami orangtua mu.
Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan untuk percaya kepada Allah), mak orang tuanyalah yang menjadiakan anak tersebuk beragana Yahudi, nasrani atau majusi…(Riwayat Miuslim)
Inilah amanah berat ini. Nak, sunguh, kau adalah calon manusia yang berhk mendapatkan pendidikan terbaik. Kau adalah calon manusia yang berhak mengetahi kebenaran. Tapi mampukah ibumu memberikannya kelak? Mampukah ibumu membimbingmu nanti?
Oleh karena itu, maafkan ibumu Nak, jika kelak tidak bisa menyampaikan betapa agungnya sebuah keimanan, sebagaimana kebijaksanaan Lukman Al-hakim mengajar anaknya.
Maafkan juga ibumu, jika dengan segala keterbatasan ilmu tidak bisa mengajarimu ketangguhan sebagaimana Fatimah Az Zahra mengajari anaknya keteguan hati.
Maafkan ibumu nak, karena saat inilah ibumu baru belajar menjadi seorang ibu
Tidak banyak ilmu yang saya miliki sebagai calon ibu. Saya sangat menyadarinya. Sekedar ilmu fiqih tentang bayi saja, saya baru membacanya pada saat hamil. Ilmu tentang pendidikan anakpun baru saya baca-baca. Selabihnya, yang terpikir dalam benak saya adalah bagaimana mempersiapkan hal hal teknismenyambut kelahiran seperti popok, baju dan pernak pernik lainya.
Saya lebih memilih membekalinya kaset musik klasik, tapi kadang saya lupa membacakan Al Quaran, lupa menyapanya, termasuk lupa mendoankannya. Saya bahkan lebih sering kawatir apakahsaya mampu menyekolahkannya kelak? Apakah saya mampu membelikannya susu mahal yang katanya padat gizi itu? Terlewat dalam persiapan saya bagaimana jika nanti “Manusia Kecil” itu bertanya “Allah dimana, Bunda?” atau Allah itu siapa, Bunda?”
Duh, sudah begitu banyak kelalaian yang telah saya lakukan, padahal “ia” belum lagi alhir di dunia ini. Begitu banyak hal yang saya lewatkan tanpa sadar hingga keberadaannya semakin nyata, semakin berat, semakin terasa lelah. Tanpa sadar keluhan itu terlontar dari bibir saya. Astagfirullah.
Saya jadi ingat bagaiman seorang Asma binti Abu baker, dengan hamil besarnya haru turun naik bukit mengantarkan makanan kepada Rasulullah saw. Hingga Rasulullah memberinya penghargaan dengan sebutab “si dua ikat pinggang” satu ikat pinggang ungtuk perutnya dan satu ikat pinggang lagi untukmakanan yang hendak diantarnya
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS Lukman :14)
Ya ada lemah yang bertambah dan senantiasa bertambah (wahlain ila wahnin) karena itu nak, maafkan ibumu jika keberadaanmu malah membuat ibumu ini mengeluh, menjadikanmua alas an untuk sekedar bermalas malasn. Inikah pendidikan yang akan ku berikan kepadamu kelak?
Setiap kita memang tidak bisa memilih darimana kita dilahirkan. Apakah dari seorang wanita mulia seperti Maryam, ataukah mungkin dari seorang wanit yang palling nista sekalipun. Dari rahim siapapun kita dilahirkan , Allah telah meletakan fungsi fitrah itu secara sama.
Karena itu, nak, semoga kau tak berkecil hati lahir dari rahim ibumu yang sangat sangat terbatas ilmunya. Semoga kau tak kecewa dan berkecil hati ketika ibumu ini tidak mampu menjawab pertanyaan pertanyaan kritismu tentang keberadaan Allah. Juga dengan segala ketidakmampuan ibumu mengajar banyak ilmu agar kau betul betul menjadi generasi “Lil Muttaqiin Imaaman”
Maafkan juga jika dengan segala aktifitas dan rutinitas membuat ibumu kelak tidak sabar meladeni luapan ingin tahu mu. Dengan segala kelelahan yang deemkian terasa, mungkin ibumu kelak juga membentak dan memarahimu.
Bersaan dengan akan saatnya kelahiranmu, nak, maka maafkanlah terlebih dahulu ibumu dengan segala keterbatasannya ini. Namun keberadaanmu sungguh melecut semangat bahwa kau adalah titpan yang wajib dijaga sebaik baiknya. Kehadiranmu pula yang membuat ibumu sungguh-sungguh bergerak menata diri, demi memberikan teladan dan pendidikan yang cukup efektip padamu. Bukankah menusia manusia tangguh lahir dari rahim yang tangguh pula? Lihatlah Ismail, lihatlah Hasan Dan Hussain
Maka, Izinkanlah ibumu belajar darimu.
(di ambl dari majalah hidayatullah)
Blog ini..
Salinan dari sebuah buku Diary.. yang kutulis dengan penuh Cinta, yang akan ku persembahkan sebagai “kado”, untuku, istriku dan anak anakku kelak…
Salinan dari sebuah buku Diary.. yang kutulis dengan penuh Cinta, yang akan ku persembahkan sebagai “kado”, untuku, istriku dan anak anakku kelak…
Kumpulan Artikel yang insyallah akan membantu kami dalam membangun keluarga yang Barokah….Amin
Kamis, 24 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar